TERAPI
HUMANISTIC EKSISTENSIAL (Part 2)
Konsep
Dasar
§
Pandangan tentang Sifat Manusia
Pendektan
terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu
pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
a.
Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk
menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri
itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang
itu.
b.
Kebebasan, tanggung jawab, dan
kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung
jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
Kecemasan eksitensial juga disebabkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan
atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi
kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan pada
individu pada kenyataan bahwa ia memiliki waktu yang terbatas untuk
mengaktualkan potensi-potensinya.
c.
Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia
berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan
memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi
kesendirian: manusia lahir ke dunia sendirian dan mati sendirian pula.
Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan
kondisi-kondisi isolasi, depersonalisasi, alineasi, keterasingan dan kesepian.
Patologi dipandang sebagai kegagalan menggunakan kebebasan untuk mewujudkan
potensi-potensi seseorang.
§
Unsur-Unsur Terapi
§
Tujuan Terapeutik
Terapi eksistensial bertujuan agar
klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas
keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak sesuai dengan kemampuannya. Pada dasarnya terapi eksistensial adalah
meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan
pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggungjawab atas hidupnya. Terapi
eksistensial juga bertujuan untuk membantu klien agr mampu menghadapi kecemasan
sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya
lebih dari sekadar korban kekuatan-kekuatan deterministik di luar dirinya.
§
Fungsi dan Peran Terapis
Tugas utama terapis adalah berusaha
memahami klien sebagai ada-dalam-dunia.
May (1961) memandang tugas terapis di antaranya adalah membantu klien agar
menyadari keberadaannya dalam dunia. Frankl (1959) menjabarkan peran terapis
sebagai “spesialis mata ketimbang pelukis”, yang “bertugas” memperluas dan
mamperlebar lapangan visual pasien sehingga spektrum keseluruhan dari makna dan
nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh pasien.
§
Teknik-teknik Terapi
Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi,
pedekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan
secara ketat. Prosedur-prosedur terapeutik dapat diambil dari beberapa
pendekatan terapi lainnya. Metode-metode yang berasal dari terapi Gestalt dan
Analisis Transaksional sering digunakan, dan sejumlah prisnsip dan prosedur
psikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam pendekatan eksisensial-humanistik.
Sumber:
Corey,
G. (2003). Teori dan Praktek Konseling & Terapi. Bandung: PT Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar