Total Tayangan Halaman

Senin, 21 April 2014

Kesehatan Mental (Tugas 2)



  Kita semua pernah mengalami stres. Tetapi sebenarnya stres tidak selalu jelek. Stres dalam tingkat yang sedang itu perlu untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat pada tugas yang ada, dan membantu orang melakukan penyesuaian. Stres yang jelek adalah stres yang terlalu kuat dan bertahan lama. Stres ini bisa mengganggu jasmani maupun rohani. Misalnya siswa yang mengalami stres terus menerus karena tuntutan belajar yang terlalu berat dan tidak sesuai dengan kemampuan.

    Stres yang terus menerus bisa juga timbul karena polusi udara dan kebisingan, kepadatan dan kemacetan lalu lintas, tindak kejahatan, beban kerja yang berlebihan. Stres berat juga bisa dialami seseorang karena kehilangan orang yang dicintai dalam kecelakaan atau bencana alam.

  • Pengertian Stres

        J. P. Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stres sebagai satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal senada diungkapkan dalam Atkinson (1983), stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan stres dinamakan stresor. Sementara reaksi peristiwa tersebut dinamakan respon stres, atau secara singkat disebut stres.

       Menurut Lazzarus 1999 (dalam Rod Plotnik 2005: 481) “Stres adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai.

  • Karakteristik Peristiwa Stres
        
        Sumber stres dapat berbeda-beda pada masing-masing individu, dan biasanya tampil dalam bentuk motif atau keinginan yang bertentangan. Berikut ini dikemukakan beberapa peristiwa yang merupakan sumber stres:

1)    Peristiwa Traumatik

Peristiwa traumatis adalah situasi bahaya di luar rentang pengalaman manusia yang lazim. Contoh: bencana alam, kecelakaan yang mengerikan, penyerangan fisik.

2)   Peristiwa yang tidak dapat dikendalikan

Peristiwa besar yang tidak dapat dikendalikan misalnya, kehilangan karena meninggalnya orang yang dicintai atau terserang penyakit serius. Sedang peristiwa ringan yang tidak dapat dikendalikan misalnya, tidak mendapatkan maaf dari teman, terlambat dalam suatu acara karena kemacetan lalu lintas, atau keberangkatan tertunda karena tiket pesawat habis. Salah satu alasan mengapa peristiwa yang tidak dapat dikendalikan itu menyebabkan stres adalah karena orang tidak mampu mengontrol terjadinya peristiwa itu.


  • Coping Stress

          Emosi dan rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh situasi stres, sangat tidak nyaman. Ketidak-nyamanan tersebut memotivasi individu untuk melakukan sesuatu guna menghilangkannya. Proses yang ditempuh seseorang untuk menghadapai tuntutan yang menimbulkan stres dinamakan coping (kemampuan mengatasi masalah). Coping memiliki dua bentuk utama, yaitu:

1)    Strategi Terfokus Masalah

Strategi Terfokus Masalah atau disebut juga Problem Focus Coping, yaitu upaya seseorang untuk memfokuskan perhatian pada masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya.
Strategi yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah antara lain menentukan masalahnya, mencari pemecahan alternatif, menimbang-nimbang alternatif tersebut, dan memilih salah satunya dan mengimplementasikannya.

2)   Strategi Terfokus Emosi

Strategi Terfokus Emosi atau disebut juga Emotional Focus Coping, yaitu upaya untuk mencegah emosi negatif menguasai diri seseorang atau mencegah terjadinya masalah yang tidak dapat dikendalikan. Sebagian peneliti telah membagi cara-cara mengatasi emosi negatif menjadi strategi perilaku dan strategi kognitif (Moss, 1998 dalam Atkinson 1993:379)

a.    Strategi Perilaku, misalnya latihan fisik untuk beralih dari masalah. Seperti mencari kesibukan dengan berolahraga, berkumpul bersama teman-teman.

b. Strategi Kognitif, dilakukan antara lain dengan menyingkirkan untuk sementara pikiran tentang masalah tersebut, misalnya memutuskan untuk tidak mengkhawatirkan masalah tersebut. Strategi kognitif sering kali membutuhkan penilaian ulang terhadap situasi.

    Penelitian-penelitian lain mengklasifikasikan strategi-terfokus-emosi secara berbeda, menjadi:

a.    Strategi perenungan (rumanative strategies)

Strategi ini dilakukan antara lain dengan cara mengisolasi diri untuk merenungkan betapa buruknya perasaan kita, menguatirkan konsekuensi peristiwa stres, atau keadaan emosional kita, atau membicarakan berulang kali betapa buruknya segala sesuatu, tanpa mengambil tindakan untuk mengubahnya.

b.    Strategi pengalihan (distraction strategies)

Strategi ini ditempuh antara lain dengan melibatkan diri dalam aktivitas yang menyenangkan, dan mengingatkan perasaan kendali kita, misalnya melakukan kegiatan berolah raga yang menyenangkan, bermain dengan anak-anak, dll. Tujuan dari strategi pengalihan adalah menjauhkan diri dari pikiran negatif dan mendapatkan kembali rasa mampu menguasai masalah.

c.    Strategi penghindaran negatif (negative avoidant strategies)

Strategi ini adalah aktivitas yang dapat mengalihkan kita dari mood, tetapi berbeda dari strategi pengalihan. Bedanya adalah bahwa strategi pengalihan negatif merupakan aktivitas beresiko yang mungkin malah memperberat mood.


  • Kepribadian Sehat, menurut:


1)   Carl Rogers

    Teori Carl Rogers berkembang dari pendekatannya terhadap psikoterapi dan perubahan perilaku yang berpusat pada klien. Ia yakin bahwa kekuatan dasar yang memotivasi manusia adalah kecenderungan untuk beraktualisasi suatu kecenderungan ke arah pemenuhan atau aktualisasi semua potensi atau kapasitas organisme. Rogers tidak menolak adanya kebutuhan lain misalnya kebutuhan biologis, tetapi semua kebutuhan itu terarah pada motivasi untuk mengaktualisasikan dirinya. Keyakinan ini mendorong dia untuk menjadikan aktualisasi diri sebagai dasar terapi yang dilakukannya yakni terapi yang terpusat pada klien (client-centered). Metode terapi ini didasarkan pada pendapat bahwa semua individu memiliki motivasi dan kemampuan untuk berubah.

    Diri atau konsep diri penting dalam teori ini. Diri itu mencakuo semua ide, persepsi dan nilai-nilai yang mengarakterisasi “saya” atau “aku” dan ini mencakup “siapa saya” dan “apa yang dapat saya lakukan”. Selanjutnya diri dan konsep diri memengaruhi persepsi seseorang tentang dunia dan perilakunya. Diri yang lain dalam teori Rogers adalah diri ideal, yaitu konsep diri seperti yang diinginkan oleh seorang individu.

2)  Gordon W. Allport

   Allport mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi dinamis dari sistem psikofisik seseorang yang menentukan perilaku dan pikiran dari orang tersebut. Orang yang sehat secara psikologis kebanyakan termotivasi oleh proses yang disadari; mempunyai perluasan atas rasa tentang diri; berhubungan dengan penuh kasih sayang dengan orang lain;  menerima diri mereka apa adanya; mempunyai persepsi realistis mengenai dunia; serta memiliki wawasan, humor, dan filosofi kehidupan yang menyeluruh. Allport mendukung suatu posisi yang proaktif, yaitu penekanan pandangan bahwa manusia mempunyai kemampuan yang besar atas kontrol yang sadar mengenai hidup mereka.

  Dalam struktur kepribadian, Allport membedakan antara sifat umum dan sifat individual. Sifat umum adalah karakteristik yang umumnya dimiliki oleh banyak orang, sifat ini dapat bermanfaat untuk membandingkan satu orang dengan yang lainnya. Sifat individual (disposisi personal) adalah sesuatu yang khusus dimiliki seseorang dan mempunyai kapasitas untuk mengartikan stimulus yang berbeda, yang setara secara fungsional, serta untuk memulai dan mengarahkan perilaku. Tiga tahapan disposisi personal adalah:
a.     Disposisi pokok, yang hanya dimiliki oleh beberapa orang dan yang snagat jelas, sehingga tidak dapat disembunyikan
b.      Disposisi sentral, 5-10 karakteristik yang membuat seseorang menjadi khas (unik)
c.  Disposisi sekunder, yang lebih tidak dapat dibedakan, namun terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding disposisi sentral.


Sumber:
Feist, J & Feist, G. (2013). Teori Kepribadian (Theoriesof Personality) Edisi 7.
Jakarta: Salemba Humanika

Basuki, Heru. A. M. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Gunadarma