Total Tayangan Halaman

Jumat, 23 Mei 2014

Kesehatan Mental

Konsep Penyesuaian Diri yang Sehat


A.  Pengertian Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri (adjustment) merupakan suatu istilah yang sangat sulit didefinisikan karena:
(1)           Penyesuaian diri mengandung banyak arti
(2)         Kriteria untuk menilai penyesuaian diri tidak dapat dirumuskan secara jelas
(3)   Penyesuaian diri (adjustment) dan lawannya ketidakmampuan menyesuaiakan diri (malajustment) memiliki batas yang sama sehingga akan mengaburkan perbedaan keduanya.

Dengan demikian, apabila kita mau menghilangkan kekacauan atau salah pengertian mengenai penyesuaian diri maka kita harus menjelaskan konsep-konsep dasarnya. Karena kalau tidak maka kita tidak dapat melangkah lebih jauh untuk menentukan kriteria, syarat, dan prinsip-prinsipnya. Demikian juga halnya kalau kita mau memahami secara jelas tentang istilah-istilah yang berhubungan, seperti normalitas, abnormalitas dan ketidakmampuan menyesuaikan diri.

Untuk menjelaskan hal ini, kita dapat mengemukakan contoh berikut. Ada dua orang pemuda yan bernama Ahmad dan Udin, yang usianya sama dan berasal dari latar belakang sosio-ekonomis yang sama. Ahmad seorang pemuda yang bahagia, periang, memliki prestasi sekolah yang bagus, disukai oleh kawan-kawannya, sangat tertarik dengan olahraga dan kegemaran-kegemaran lain, sangat dibanggakan oleh keluarganya, dan ia telah memutuskan apa yang diinginkannya setelah tamat dari Sekolah Menengah dan masuk ke Perguruan Tinggi. Udin justru sebaliknya. Ia seorang yang murung, benci terhadap orang tuanya, iri terhadap saudara-saudaranya yang lain dalam keluarga, tidak tertarik kepada olah raga atau kegiatan-kegiatan sosial, dan hampir selalu tidak memiliki kawan. Ia sudah dua kali lari dari rumahnya dan prestasinya di sekolah sangat jelek. Udin mengalami gangguan emosional, orang yang sama sekali tidak mampu menyesuaikan diri dengan hampir setiap segi kehidupan. Ahmad dapat digambarkan sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, dan ia dapat menginjak masa dewasa tanpa mengalami konflik, frustasi atau ketidakbahagiaan.

Apakah perbedaan di antara kedua anak muda ini? Dan apa sebabnya kita berkata bahwa Ahmad adalah orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik sedangkan Udin orang yang tidak mampu menyesuaikan diri? Apakah perbedaan itu terletak pada hubungan mereka dengan lingkungannya? Apakah itu hanya merupakan perasaan-perasaan pribadi mereka? Apakah itu hanya perbedaan jarak atau dalamnya antara minat dan tujuan mereka? Kita dapat berkata secara sangat sederhana bahwa penyesuaian diri didefinisikan dengan sejauh mana orang bergaul dengan baik dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain. Tetapi, ada kesulitan dengan konsep penyesuaian diri yang sangat sederhana ini. Cukup aneh, cara Udin yang kurang baik dalam mengadakan respons terhadap keadaan-keadaan dan orang-orang harus dianggap sebagai penyesuaian diri. Kebencian, perasaan iri, kemurungan, dan sebagainya adalah cara Udin menangani situasi-situasi yang berbeda. Meskipun cara-cara ini tidak diinginkan sebagai cara-cara bereaksi terhadap situasi-situasi, namun kualitasnya tetap dianggap sebagai kualitas penyesuaian diri.

Ini adalah hal yang sangat penting dalam mempelajari penyesuaian diri manusia. Bukan macamnya tigkah laku yang menentukan apakah orang dapat menangani proses penyesuaian diri, tetapi cara bagaimana tingkah laku itu digunakan. Apakah tuntutan-tuntutan dari dalam atau stres-stres dari lingkungan dihadapi dengan berdoa, kenakalan/kejahatan, simtom-simtom neurotik dan psikotik, tertawa, gembira, atau permusuhan, namun konsep penyesuaian diri dapat digunakan sejauh respons tersebut berfungsi untuk mereduksikan atau meringankan tuntutan-tuntutan yang dikenakan individu. Apabila respons-respons tersebut tidak efisien, merugikan kesejahteraan pribadi, atau patologik, maka respons-respons itu disebut sebagai respons-respons yang tidak mampu menyesuaikan diri (maladjustive).

B.  Definisi Penyesuaian Diri

Dari segi pandangan psikologi, penyesuaian diri memiliki banyak arti, seperti pemuasan kebutuhan, keterampilan dalam menangani frustasi dan konflik, ketenangan pikiran/jiwa, atau bahkan pembentukan simtom-simtom. Itu berarti belajar bagaimana bergaul dengan baik dengan orang lain dan bagaimana menghadapi tuntutan-tututan pekerjaan. Tyson menyebut hal-hal seperti kemampuan untuk beradaptasi, kemampuan berafeksi, kehidupan yang seimbang, kemampuan untuk mengambil keuntungan dari pengalaman, toleransi terhadap frustasi, humor, sikap yang tidak ekstrem, objektivitas, dan lain-lain (Tyson, 1951). Kita akan menemukan kualitas-kualitas lain ketika kita membicarakan kriteria mengenai penyesuaian diri dan kesehatan mental. Jelas, banyaknya sifat dari proses penyesuaian diri ini menimbulkan kesulitan untuk merumuskan suatu definisi yang singkat. Kita juga menghadapi kesulitan karena penyesuaian diri itu sendiri tidak bisa dikatakan baik atau buruk. Hanya dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri adalah cara individual atau khusus organisme dalam bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan dari dalam atau situasi-situasi dari luar. Untuk beberapa orang mungkin reaksi ini biasa efisien, sehat, atau memuaskan, sementara untuk orang lain reaksi ini melumpuhkan, tidak efektif, atau bahkan patologik.

Karena penyesuaian diri itu sendiri tidak bisa dikatakan baik atau buruk maka kita tidak dapat mendefinisikannya dengan sangat sederhana, yaitu suatu proses yang melibatkan respons-respons mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutsn-tuntutan yang dikenakan kepadanya oleh dunia dimana ia hidup. Dalam arti ini, kebanyakan respons cocok dengan konsep penyesuaian diri.

C.  Konsep Penyesuaian Diri yang Baik

Terhadap definisi umum yang dikemukakan di atas, kita akan bertanya, “Seperti apakah orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik itu?” Dengan kata lain, “Apakah itu penyesuaian diri yang baik?” Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang memiliki respons-respons yang muatannya efisien, memuaskan, dan sehat. Sebaliknya, orang yang neurotik adalah orang yang sangat tidak efisien dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara lengkap. Istilah “sehat” berarti respons yang baik untuk kesehatan, yakni cocok dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan orang lain dan dengan tanggung jawabnya. Kesehatan merupakan ciri yang khas dalam penyesuaian diri yang baik.

Singkatnya, meskipun memiliki kekurangan-kekurangan kepribadian, orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi-situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik-konflik, frustasi-frustasi, dan masalah-masalah tanpa menggunakan tingkah laku simtomatik. Karena itu, ia relatif bebas dari simtom-simtom, seperti kecemasan kronis, obsesi, atau gangguan-gangguan psikofisiologis (psikomatik). Ia menciptakan dunia hubungan antarpribadi dan kepuasan-kepuasan yang ikut menyumbangkan kesinambungan pertumbuhan kepribadian.

D.  Penyesuaian Diri sebagai Adaptasi

Erich Fromm dalam bukunya, Escape from Freedom, (Fromm, 1941) mengemukakan konsep adaptasi yang menarik dan berguna yang mendekati ide penyesuaian diri. Fromm membedakan apa yang dinamakannya adaptasi statis dan adaptasi dinamik. Ia menggunakan adaptasi statis untuk menyebutkan perubahan kebiasaan yang relatif sederhana, misalnya orang berpindah dari satu kota ke kota yang lain. Sedangkan adaptasi dinamik adalah situasi dimana seseorang menerima hal-hal meskipun menyakitkan, misalnya seorang anak laki-laki tunduk kepada perintah-perintah ayah yang keras dan mengancam. Fromm menafsirkan neurosis sebagai respon dinamik, yaitu adaptasi yang sama dengan penyesuaian diri. Demikian juga halnya penyusuaian diri sebagai sikap mempertahankan diri atau kelangsungan hidup dipakai untuk kesejahteraan fisik tetapi tidak dapat dipakai untuk penyesuaian diri dalam pengertian psikologis.

Sumber:
Semiun, Yustinus OFM. (2006). Kesehatan Mental 1 Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental serta Teori-Teori yang TerkaitYogyakarta: Kanisius