TERAPI
HUMANISTIK EKSISTENSIAL (Part 1)
Psikologi
telah lama didominasi oleh pendekatan empiris terhadap studi tentan gtingkah
laku individu. Banyak ahli psikologi Amerika yang menunjukkan kepercayaan pada
definisi-definisi operasional dan hipotesis-hipotesis yang bisa diuji serta
memandang usaha memperoleh data empiris sebagai satu-satunya pendekatan yang
sahih guna emperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia. Di masa lalu
tidak terdapat bukti adanya minat yang serius terhadap aspek-aspek filosofis
dari konseling dan psikoterapi. Pendekatan esksistensial-humanistik, menekankan
renungan-renungan filososfis tentang apa artinyamenjadi manusia yang utuh.
Banyak ahli psikologi yang berorientasi eksistensial yang mengajukan argumaen
menentang pemabahasan studi tingkah laku manusia pada metode-metode yang
digunakan oleh ilmu pengetahuan alam. Sebagai contoh, Bugental (1965), Rogers
(1961), Rollo May (1953, 1958, 1961,
1967, 1969), Frankl (1959, 1963), Jourard (1968, 1971), Maslow (1968, 1970),
Arbuckle (1975) yang mengemukakan kebutuhan psikologi akas suatu perspektif
yang lebih luas mencakup pengalaman subjektif klien atas dunia pribadinya.
Tujuan
dasar banyak pendekatan psikoterapi adalah membantu individu agar mampu
bertindak, menerima kebebasan dan tanggung ajwab untuk tindakan-tindakannya.
Terapi eksistensial terutama, berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa
melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling
berkaitan. Dalam penerapan-penerpan terapeutiknya, pendekatan
eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang
melandasi terapi. Pendekatan eksistensial-humanistik menyajikan suatu landasan
filosofis bagi orang-orang dalam hubungan dengan sesamanya menjadi ciri khas,
kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui
implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi
pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
Sumber:
Corey, G. (2003). Teori dan Praktek Konseling &
Terapi. Bandung: PT Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar