Total Tayangan Halaman

Senin, 23 Maret 2015

PSIKOTERAPI (artikel 3)

KONSELING DAN PSIKOTERAPI (part 2)


§    Penjelasan dari Perbedaan Konseling dan Psikoterapi
a.    Dilihat dari Tujuannya
Hann & Maclean (1955) mengemukakan mengenai tujuan konseling yakni menitikberatkan pada upaya pencegahan agar penyimpangan yang merusak diri individu tidak timbul (emphasis to prevention of distruptive deviations) sedangkan psikoterapi terlebih dahulu menangani penyimpangan yang merusak dan baru kemudian menangani usaha pencegahannya. Mereka juga mengemukakan bahwa konseling berhubungan dengan rencana jangka panjang yang bersangkut-paut dengan pendidikan dan pekerjaan atau jabatan seseorang serta pencegahan terhadap munculnya gangguan dalam bidang kesejahteraan mental, sedangkan psikoterapi singkatnya berhubungan dengan tujuan penyembuhan. Menurut Mowrer (1953), konseling berhubungan dengan usaha mengatasi klien yang mengalami gangguan kecemasan biasa, sedangkan psikoterapi berusaha menyembuhkan klien atau pasien yang menderita neurosis-kecemasan. Blocher (1966) membedakan konseling dengan psikoterapi dengan melihat tujuannya, secara singkat sebagai berikut:
1)    Pada konseling: developmental - educativepreventive.
2)   Pada osikoterapi: remediativeadjustivetherapeutic.
b.    Dilihat dari Klien, Konselor dan Penyelenggaraannya
Secara tradisional mudah membedakan antara konseling dan psikoterapi, karena pada konseling, konselor mengadapi klien yang normal, sebaliknya pada psikoterapi menghadapi klien (atau pasien) yang mengalami neurosis atau psikosis. Karena itu bagi Patterson (1973) maupun Pallone (1977) keduanya mengatakan bahwa konseling diberikan kepada seseorang sebagai klien sedangkan psikoterapi kepada seseorang sebagai pasien. Kepribadian yang normal, yang wajar dalam kenyataannya tidak tertutup kemungkinan membutukan seorang ahli untuk mengatasi hal-hal yang tidak bisa diatasi sendiri dan agar ia bisa berfungsi lebih efektif. Dalam keadaan seperti ini, ia membutuhkan seorang konselor, demikian dikatakan oleh Ivey et, al (1987) dan selanjutnya mereka menunjukkan bahwa pada kegiatan psikoterapi dilakukan untuk menghadapi seseorang yang perlu direkonstruksi struktur kepribadiannya dan karena itu membutuhkan waktu lebih lama. Kegiatan untuk melakukan konseling bisa dilakukan misalnya di sekolah atau Lembaga Pendidikan yang lain, termasuk Perguruan Tinggi, Lembaga atau Biro khusus atau praktik pribadi untuk memberikan layanan mengenai hal itu. Psikoterapi juga bisa dilakukan dalam kegiatan yang sifatnya klinis di sekolah atau Lembaga/Yayasan tersebut, dengan pengaturan tempat dan suasana yang khusus, seklaipun lebih banyak dilakukan di Lembaga yang berhubungan dengan kesehatan, seperti Rumah Sakit atau juga Lembaga/Biro/Yayasan khusus datau praktik pribadi
c.    Dilihat dari metodenya
Brammer & Shostrom (1977) mengemukakan bahwa:
§        Konseling ditandai oleh adanya terminologi seperti: “educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awarness, normal, present time dan short term.”
§        Sedangkan psikoterapi ditandai oleh: “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analitycal, focus on the past, neurotics and other severe emotional problems dan long term.”

§    Pendekatan terhadap Mental Illness
a.    Biological           
    Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu ialah penyakit mental disebabkan karena berkurangnya insulin didalam tubuh.
b.    Psychological
    Melihat suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca traumatik, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respons emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu. Hal ini dimulai dari teori psikoanalisis Sigmund Freud pada tahun 1856-1939.
c.    Sociological       
    Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial, atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatar-belakang kondisi sosio-budaya tertentu.
d.    Philosophic       
   Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yaitu menghargai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharrusan atau pemaksaan.

§    Bentuk Utama Terapi
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, terdapat 3 bentuk utama dari terapi, yaitu:
a.     Supportive
Terapi ini mungkin merupakan jenis terapi individual yang paling lazim dilakukan. Terapis yang terlatih untuk metode ini terdiri atas psikiater, psikolog klinis dan pekerja sosial, walaupun hal-hal yang setara dengan yang dilakukan di dalam psikoterapi suportif digunakan oleh hampir setiap orang yang membantu orang lain yang sedang mengalami kondisi distres emosional. Tujuan dari terapi supportive ialah:
1)    Mendukung fungsi-fungsi ego, atau emperkuat mekanisme defensi yang ada
2)   Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik
3)   Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif
Cara atau pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, ekternalisasi minat, manipulasi lingkungan dan terapi kelompok.

b.     Reeducative
Jenis psikoterapi untuk memberikan pendidikan ulang yang maksdunya memperbaiki kesalahan pendidikan diwaktu lalu dan juga dengan pendidikan yang dimaksudkan untuk mengubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
Tujuan dari terapi reeducative ialah mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan. Cara atau pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.

c.     Reconstructive
Reconstructive dalah jenis psikoterapi yang dilakukan dengan tujuan merekontruksi kepribadian seseorang. Terapi ini dilakukan untuk dicapainya insight akan konflik-konflik yang tidak disadari, dengan usaha mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang. Cara atau pendekatan yang dapat dilakukan melalui psikoanalisis klasik Neo-Freudian (Alfred Adler, Carl Gustav Jung, Henry Sullivan, Karen Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.


Sumber:
Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Tomb, D.A. (1999). HOS Psychiatry, 6/C. (diterjemahkan oleh S, W.Martina & Nasrun. Jakarta: EGC, 2000)

PSIKOTERAPI (artikel 2)

KONSELING DAN PSIKOTERAPI (part 1)



§    Perbedaan Konseling dan Psikoterapi

Konseling termasuk di dalam hubungan membantu, merupakan suatu teknik untuk intervensi, untuk pengubahan tingkah laku. Berbicara tentang konseling, mau tidak mau harus menyebutkan Carl Rogers. Dari tulisan Rogers di dalam bukunya Counseling and Psychotherapy (1942), psikoterapi yang dahulunya bersifat medis-psikoanalitis berubah menjadi nonmedis dan nonpsikoanalitis. Psikoterapi yang dahulunya merupakan domein psikiater, dapat dilakukan oleh para ahli yang tidak mempunyai latar belakang medis.

Kalau dilihat apa yang ditulis Rogers dalam bukunya Counseling and Psychotherapy (1942), maka Rogers tidak membedakan konseling dan terapi. Ia hanya menyebutkan bahwa konseling lebih banyak digunakan di kalangan pendidikan, sedangkan terapi banyak digunakan oleh pekerja sosial, psikolog dan psikiater. Rogers tidak secara kaku membuat pembedaan antara konseling dan terapi karena keduanya bertujuan membantu orang lain yang mempunyai masalah.

Sedangkan, perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson & Rudolph (1983), ialah:
Konseling
Psikoterapi
Klien
Pasien
Gangguan yang kurang serius
Gangguan yang serius
Masalah: Jabatan, pendidikan
Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
Berhubungan dengan pencegahan
Berhubungan dengan penyembuhan
Lingkungan pendidikan dan nonmedis
Lingkungan medis
Berhubungan dengan kesadaran
Berhubungan dengan ketidaksadaran
Metode pendidikan
Metode Penyembuhan

§    Pendekatan terhadap Mental Illness
a.     Biological
     Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat
b.     Psychological
     Melihat suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca traumatik, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respons emosional penuh stres yang ditimbulkan
c.     Sociological
   Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial, atau budaya dari gejala dan masalah keluarga
d.     Philosophic
    Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya

§    Bentuk Utama Terapi
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, terdapat 3 bentuk utama dari terapi, yaitu:
a.     Supportive
Terapi ini mungkin merupakan jenis terapi individual yang paling lazim dilakukan. Terapis yang terlatih untuk metode ini terdiri atas psikiater, psikolog klinis dan pekerja sosial, walaupun hal-hal yang setara dengan yang dilakukan di dalam psikoterapi suportif digunakan oleh hampir setiap orang yang membantu orang lain yang sedang mengalami kondisi distres emosional.
b.     Reeducative
Jenis psikoterapi untuk memberikan pendidikan ulang yang maksdunya memperbaiki kesalahan pendidikan diwaktu lalu dan juga dengan pendidikan yang dimaksudkan untuk mengubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
c.     Reconstructive
Reconstructive dalah jenis psikoterapi yang dilakukan dengan tujuan merekontruksi kepribadian seseorang.
Sumber:
Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Lesmana, J.M. (2008). Dasar-dasar konseling. Jakarta: UI Press
Tomb, D.A. (1999). HOS Psychiatry, 6/C. (diterjemahkan oleh S, W.Martina & Nasrun. Jakarta: EGC, 2000)

PSIKOTERAPI (artikel 1)

PSIKOTERAPI

§      Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran, dan perasaan pasien supaya membantu pasien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu. Ciri-ciri dari definisi mengenai psikoterapi akan dijelaskan dalam uraian yang berikut.
1.       Interaksi sistematis. Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara pasien dan terapis. Kata sistematis di sini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoretis terapis.
2.       Prinsip-prinsip psikologis. Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori psikologis serta menyusun interaksi terapeutik.
3.      Tingkah laku, pikiran, dan perasaan. Psikoterapi memusatkan perhatian utuk membanttu pasien mengadakan perubahan-perubahan behavior, kognitif, dan emosional serta membantunya supaya menjalani kehidupan yang lebih penuh dan memuaskan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu atau semua ciri dari fungsi psikologis ini.
4.      Tingkah laku abnormal, memecahkan masalah, dan pertumbuhan pribadi. Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok pasien yang dibantu oleh psikoterapi. Kelompok pertama adalah orang-orang yang mengalami masalah-masalah tingkah laku abnormal, seperti gangguan suasan hati, gangguan penyesuaian diri, gangguan kecemasan, atau skizofrenia. Untuk beberapa gangguan ini, terutama gangguan bipolar dan skizofrenia terapi biologis umumnya memainkan peranan utama dalam perawatan. Meskipun demikian, selain perawatan biologis, psikoterapi membantu pasien belajar tentang belajar tentang dirinya sendiri dan memperoleh keterampilan-keterampilan yang akan memudahkannya menanggulangi tantangan hidup dengan lebih baik. Kelompok kedua adalah orang-orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubugan yang bermasalah atau menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat untuk dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan karier. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana untuk memperoleh pertumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi adalah sarana untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran yang akan membantu mereka untuk mencapai potensi yang penuh sebagai manusia.

Eysenck (1961), merumuskan psikoterapi dalam beberapa ciri yakni:
1.       Hubungan antar perorangan yang berlangsung lama
2.       Melibatkan seorang yang terlatih
3.      Adanya ketidakpuasan padadiri klien tentang sesuatu yang emosional atau penyesuaian diri
4.      Pemakaian metode psikologi
5.      Aktivitas yang mendasarkan pada teori tentang kelainan mental
6.      Melalui hubungan yang dilakukan, bertujuan memperbaiki ketidakpuasannya terhadap diri sendiri
Perumusan oleh Eysenck ini juga menunjukkan adanya faktor yang mendalam, yakni faktor emosi dan karena itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menanganinya dan memerlukan landasan teori yang cukup mantap untuk kelainan mental, juga mengenai hambatan atau gangguan perilaku.
§      Tujuan Psikoterapi
Dalam bidang penyakit mental, terapi dalam bentuk apa saja (apakah itu psikoterapi atau somatoterapi) dipakai untuk membina hubungan yang lebih efektif antara individu dengan lingkungannya serta membangkitkan perasaan aman dan sejahtera dalam dirinya. Harus dikemukakan di sini bahwa tujuan terapi dalam setiap kasus individual tergantung pada faktor-faktor tertentu yang kira-kira konsisten (penemuan-penemuan dalam diagnosis dan sejarah pribadi pasien) dan faktor-faktor lain yang berasal dari luar dan yang berguna bagi pasien di luar pengalaman terapi (situasi keluarga, sosial, dan ekonomi). Bahkan dalam satu wujud diagnosis saja, para pasien membawa kapasitas-kapasitas yang berbeda-beda untuk menciptakan hubungan yang memuaskan dan tujuan harus ditetapkan sesuai dengan itu.

Ada lima tujuan psikoterapi dan kebanyakan terapi memusatkan perhatian pada salah satu atau lebih di antara tujuan-tujuan itu. Kelima tujuan tersebut dapat diutarakan dibawah ini (Huffman, et al., 1997)
1.       Pikiran-pikiran kalut. Individu –individu yang mengalami kesulitan secara khas menderita konfusi, pola-pola pikiran yang destruktif atau tidak memahami masalah-masalah mereka sendiri. Para terapis berusaha mengubah pikiran-pikiran ini dan memberikan ide-ide atau informasi baru, dan membimbing individu- individu tersebut untuk menemukan pemecahan-pemecahan terhadap masalah-masalah mereka sendiri.
2.       Emosi-emosi yang kalut. Orang-orang yang mencari terapi pada umumnya mengalami emosi yang sangat tidak menyenangkan. Dengan mendorong pasien untuk mengungkapkan secara bebas perasaan-perasaan dan memberikan suatu lingkungan yang menunjang para terapis membantu mereka menggantikan perasaan-perasaan tersebut, seperti perasaaan putus asa dan tidak mampu dengan perasaan-perasaan yang mengandung harapan dan percaya akan diri sendiri.
3.      Tingkah laku-tingkah laku yang kalut. Individu-individu yang mengalami kesulitan biasanya menghilangkan tingkah laku-tingkah laku yang mengandug masalah. Para terapis membantu pasien-pasien mereka menghilangkan tingkah laku-tingkah laku yang mengganggu itu dan membimbing mereka kepada kehidupan yang lebih efektif.
4.      Kesulitan-kesulitan antarpribadi dan situasi kehidupan. Para terapis membantu pasien-pasien memperbaiki hubungan mereka dengan keluarga, teman-teman, dan kolega-kolega seprofesi. Mereka juga membatu para pasien itu menghindari atau mengurangi sumber-sumber stres dalam kehidupan mereka seperti tuntutan-tuntutan pekerjaan atau konflik-konflik keluarga.
5.      Gangguan-gangguan biomedis. Individu-individu yang mengalami kesulitan kadang-kadang menderita gangguan-gangguan biomedis yang langsung menyebabkan atau menambah kesulitan-kesulitan psikologis. Para terapis membantu menghilangkan masalah-masalah ini pertama-tama dengan obat-obatan, dan kadang-kadang dengan terapi electrokonvulsif dan/atau psikobedah (psychosurgery). Meskipun kebanyakan terapis bisa bekerja dengan pasien-pasien dalam beberapa bidang ini, tetapi penekanannya berbeda menurut latar belakang pendidikan terapis. Para psikoanalis, misalnya menitikberatkan pikiran-pikiran tak sadar dan emosi; para terapi kognitif memusatkan perhatian pada pola-pola pikiran dan kepercayaan yang salah; para terapis humanistik berusaha mengubah respons-respons emosional negatif dari para pasien; para behavioris (sebagaimana terkandung dalam nama itu sendiri) memusatkan perhatian pada perubahan tingkah laku maladaptif; dan para terapis menggunakan teknik-teknik biomedis berusaha mengubah gangguan-gangguan biologis.

§      Unsur-Unsur Psikoterapi
Masserman telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk:
a.      peran sosial (“martabat”) psikoterapis,
b.      hubungan (persekutuan terapeutik),
c.       hak retrospeksi,
d.      re-edukasi,
e.      rehabiltasi,
f.        resosialisasi dan,
g.      rekapitulasi.
Unsur-unsur psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi dengan berkelanjutannya terapi.

Sumber:
Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Guze, S.R & Siegel, D.J. (1990). The handbook of psychiatry. ISBN 979-448-348-6. (diterjemahkan oleh Maulany, R.F. Jakarta: EGC, 2007)
Semium, Yustinus, OFM. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Penerbit Kanisius