Total Tayangan Halaman

Rabu, 22 April 2015

PSIKOTERAPI (ARTIKEL 4)

TERAPI PSIKOANALIS (Part 2)
Konsep Dasar

§    Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id, ego dan superergo. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologis dan merupakan fungsi-fungsi kepribadian sebagai keseluruhan ketimbang sebagai tiga bagian yang terasing satu sama lain.
a.    Id
Merupakan komponen biologis dan bersifat tidak sadar. Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil. Id merupakan tempat bersemanyamnya naluri-naluri. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut dan mendesak. Id diatur oleh asas kesenangan  yang diarahkan pada pengurangan tegangan, penghindaran kesakitan, dan perolehan kesenangan, bersifat tidak logis, amoral dan didorong oleh satu kepentingan: memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asa kesenangan. Id tidak pernah mtang dan selalu menjadi anak manja dari kepribadian tidak berpikir, dan hanya mengingikan atau bertindak
b.    Ego
Ego merupakan komponen psikologi yng memiliki kontak dengan dunia eksteral dari kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan dan mengatur. Tugas utama ego adalah megentarai antara naluri-naluri dengan lingkungan sekitar. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Dengan diatur oleh asas kenyataan, ego berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Ego adalah tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id. Sementara id hanya mengenal kenyataan subjektif, ego memperbedakan bayangan-bayangan mental dengan hal-hal yang terdapat di dunia eksternal.
c.    Superego
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego mempresentasikan nilai-nilai tradisional dan ideal-ideal masyarakat yang diajarkan oleh orang tua kepada anak. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls id. Superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman.

§    Mekanisme Pertahan Ego
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego itu tidak selalu patologis, dan bisa memiliki nilai penyesuaian jika tidak memiliki suatu gaya hidup untuk menghindari kenyataan. Mekanisme-mekanisme pertahanan yang digunakan individu bergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya. Mekanisme-mekanisme pertahanan sama-sama memiliki dua ciri, yaitu menyangkal datau mendistorsi kenyataan dan beroperasi pada taraf tak sadar. Berikut merupakan bentuk-bentuk dari mekanisme pertahanan ego:
a.    Penyangkalan
Pertahanan melawan kecemasan dengan “menutup mata” terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan yang membangkitkan kecemasan. Kecemasan atas kematian orang yang dicintai, misalnya, sering dimanifestasikan oleh penyangkalan terhadap fakta kematian. Dalam peristiwa-peristiwa tragis seperti perang atau bencana-bencana yang lainnya, orang-orang sering berkecenderungan membutakan diri terhadap kenyataan-kenyataan yang terlalu menyakitkan untuk diterima
b.    Proyeksi
Mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain. Misalnya A benci kepada B, namun superego menyatakan bahwa membenci bukanlah hal yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat. Sehingga, untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh individu A ia memproyeksikan bahwa B yang membenci A.
c.    Fiksasi
Menjadi “terpaku” pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan. Anak yang terlalu bergantung menunjukkan pertahanan berupa fiksasi; kecemasan menghambat si anak belajar mandiri.
d.    Regresi
Melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar. Misalnya seorang anak yang takut sekolah memperlihatkan tingkah laku infantil seperti mengangis, bersembunyi dan menggantungkan diri pada guru.
e.    Rasionalisasi
Merupakan mekanisme pertahanan dimana individu menciptakan alasan-alasan yang “baik” guna menghindarkan ego dari cedera. Misalnya seorang pemuda yag ditinggalkan kekasihnya, guna menyembuhkan ego-nya yan terluka ia menghibur diri bahwa si gadis tidak berharga dan bahwa dirinya memang tidak baik untuknya.
f.    Sublimasi
Menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya. Contohnya, dorongan agresif yang ada pada seseorang disalurkan ke dalam aktivitas bersaing dibidang olah raga sehingga dia menemukan jalan bagi pengungkapan agresifnya.
g.    Displacement
Mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya tidak bisa dijangkau. Misalnya seseorang anak yang merasa kesal karena dinasehati oleh orangtuanya kemudian membanting pintu karena ia tidak dapat menyalurkan rasa kesalnya kepada orangtuanya.
h.    Represi
Melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan; mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kapada ketaksadaran atau menjadi tidak menyaadari hal-hal yang menyakitkan. Represi, yang merupakan salah satu konsep Freud paling penting, menjadi basis bagi banyaj pertahanan ego lainnya dan bagi gangguan-gangguan neurotik.
i.     Reaksi Formasi
Melakukan tindakan-tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar. Jika perasaan-perasaan lebih dalam menimbulkan ancaman, maka seseorang menampilkan tingkah laku yang berlawanan guna menyangkal perasaan-perasaan yang bisa menimbulkan ancaman-ancaman itu. Orang yang menunjukkan sikap menyenangkan yang berlebihan atau terlalu baik boleh jadi berusaha menutupi kebencian atau perasaan-perasaan negatifnya.

§    Perkembangan Psikoseksual
a.    Fase Oral (0-1 tahun)
Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, percaya kepada orang lain, kepada dunia dan kepada diri sendiri. Cinta adalah perlindungan terbaik terhadap ketakukan, ketidakamanan. Anak-anak yang dicintai oleh orang lain hanya akan mendapat sedikit kesulitan dalam menerima dirinya sendiri. Sedangkan anak yang merasa tidak diinginkan,tidak diterima, dan tidak dicintai cenderung mengalami kesulitan yang besar dalam menerima diri sendiri. Efek penolakan pada fase oral adalah kecenderungan di masa kanak-kanak selanjutnya untuk menjadi penakut, tidak aman, haus akan perhatian, iri, agresif, benci dan kesepian.
b.    Fase Anal (1-3 tahun)
Tugas perkembangan pada fase anal adalah belajar mandiri, memiliki kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimana mengakui dan menangani perasaan-perasaan yang negatif.
c.    Fase Falik (3-5 tahun)
Fase falik adalah periode perkembangan hati nurani, suatu masa ketika anak-anak belajar mengenal standar-standar moral. Selama fase falik anak perlu belajar menerima perasaan-perasaan seksualnya sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Mereka membutuhkan model-model yang memadai bagi identifikasi peran seksual. Pada fase falik ini anak membentuk sikap-sikap mengenai kesenangan fisik , mengenai apa yang “benar” dan yang “salah” serta mengenai apa yang “maskulin” dan yang “feminin”.

§    Unsur-Unsur Terapi
a.    Tujuan terapeutik
Tujuan terapi psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksikan, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri lebih penting lagi.

b.    Fungsi dan Peran Terapis
Karakteristik psikoanalisis adalah, terapis atau analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi klien, yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis. Analis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realisitis, serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsif dan rasional. Salah satu fungsi utama analis adalah mengajarkan arti proses-proses ini kepadaklien sehinggaklien mampu memperoleh pemahaman terhadap masalah-masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara untuk berubah dan, dengan demikian, memperoleh kendali yang lebih rasional atas kehidupannya sendiri.

c.    Teknik-Teknik Terapi
§      Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik dimasa lampau yang dikenal dengan sebutnan katarsis.
§      Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi. Fungsi penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut.
§      Analisis mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terelakkan.
§      Analisis dan penafsiran resistensi
Resistensi, sebuah konsep yang fundamental dalam praktek terapi psikoanalitik, adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari.
§      Analisis dan penafsiran trasnferensi
Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Ia memungkinkan klien mampu memproleh pemahaman atas sifat dari fikasi-fiksasi dari deprivasi-deprivasinya, dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang.

Sumber:
Corey, G. (2003). Teori dan Praktek Konseling & Terapi.

Bandung: PT Refika Aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar