KONSELING
DAN PSIKOTERAPI (part 2)
§ Penjelasan
dari Perbedaan Konseling dan Psikoterapi
a.
Dilihat dari Tujuannya
Hann & Maclean
(1955) mengemukakan mengenai tujuan konseling yakni menitikberatkan pada upaya
pencegahan agar penyimpangan yang merusak diri individu tidak timbul (emphasis to prevention of distruptive
deviations) sedangkan psikoterapi terlebih dahulu menangani penyimpangan
yang merusak dan baru kemudian menangani usaha pencegahannya. Mereka juga
mengemukakan bahwa konseling berhubungan dengan rencana jangka panjang yang
bersangkut-paut dengan pendidikan dan pekerjaan atau jabatan seseorang serta
pencegahan terhadap munculnya gangguan dalam bidang kesejahteraan mental,
sedangkan psikoterapi singkatnya berhubungan dengan tujuan penyembuhan. Menurut
Mowrer (1953), konseling berhubungan dengan usaha mengatasi klien yang
mengalami gangguan kecemasan biasa, sedangkan psikoterapi berusaha menyembuhkan
klien atau pasien yang menderita neurosis-kecemasan. Blocher (1966) membedakan
konseling dengan psikoterapi dengan melihat tujuannya, secara singkat sebagai
berikut:
1)
Pada konseling: developmental - educative
– preventive.
2)
Pada osikoterapi: remediative – adjustive –
therapeutic.
b.
Dilihat dari Klien, Konselor dan
Penyelenggaraannya
Secara tradisional
mudah membedakan antara konseling dan psikoterapi, karena pada konseling,
konselor mengadapi klien yang normal, sebaliknya pada psikoterapi menghadapi
klien (atau pasien) yang mengalami neurosis atau psikosis. Karena itu bagi
Patterson (1973) maupun Pallone (1977) keduanya mengatakan bahwa konseling
diberikan kepada seseorang sebagai klien sedangkan psikoterapi kepada seseorang
sebagai pasien. Kepribadian yang normal, yang wajar dalam kenyataannya tidak
tertutup kemungkinan membutukan seorang ahli untuk mengatasi hal-hal yang tidak
bisa diatasi sendiri dan agar ia bisa berfungsi lebih efektif. Dalam keadaan
seperti ini, ia membutuhkan seorang konselor, demikian dikatakan oleh Ivey et,
al (1987) dan selanjutnya mereka menunjukkan bahwa pada kegiatan psikoterapi
dilakukan untuk menghadapi seseorang yang perlu direkonstruksi struktur
kepribadiannya dan karena itu membutuhkan waktu lebih lama. Kegiatan untuk
melakukan konseling bisa dilakukan misalnya di sekolah atau Lembaga Pendidikan
yang lain, termasuk Perguruan Tinggi, Lembaga atau Biro khusus atau praktik
pribadi untuk memberikan layanan mengenai hal itu. Psikoterapi juga bisa
dilakukan dalam kegiatan yang sifatnya klinis di sekolah atau Lembaga/Yayasan
tersebut, dengan pengaturan tempat dan suasana yang khusus, seklaipun lebih
banyak dilakukan di Lembaga yang berhubungan dengan kesehatan, seperti Rumah
Sakit atau juga Lembaga/Biro/Yayasan khusus datau praktik pribadi
c.
Dilihat dari metodenya
Brammer & Shostrom
(1977) mengemukakan bahwa:
§
Konseling ditandai oleh adanya
terminologi seperti: “educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awarness, normal, present time dan short term.”
§
Sedangkan psikoterapi ditandai oleh: “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analitycal,
focus on the past, neurotics and other severe emotional problems dan long term.”
§ Pendekatan
terhadap Mental Illness
a.
Biological
Meliputi keadaan mental
organik, penyakit afektif, psikosis dan
penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan
ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu ialah penyakit mental
disebabkan karena berkurangnya insulin didalam tubuh.
b.
Psychological
Melihat suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian
yang buruk, sekuel pasca traumatik, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis
perkembangan, gangguan pikiran dan respons emosional penuh stres yang
ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial,
ketidakmampuan individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan
pertumbuhan sepanjang hidup individu. Hal ini dimulai dari teori psikoanalisis
Sigmund Freud pada tahun 1856-1939.
c.
Sociological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial, atau
budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus
mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatar-belakang
kondisi sosio-budaya tertentu.
d.
Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan
kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam
pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yaitu menghargai sistem nilai yang
dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharrusan atau pemaksaan.
§ Bentuk
Utama Terapi
Berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai, terdapat 3 bentuk utama dari terapi, yaitu:
a.
Supportive
Terapi ini mungkin
merupakan jenis terapi individual yang paling lazim dilakukan. Terapis yang
terlatih untuk metode ini terdiri atas psikiater, psikolog klinis dan pekerja
sosial, walaupun hal-hal yang setara dengan yang dilakukan di dalam psikoterapi
suportif digunakan oleh hampir setiap orang yang membantu orang lain yang
sedang mengalami kondisi distres emosional. Tujuan dari terapi supportive
ialah:
1)
Mendukung fungsi-fungsi ego, atau
emperkuat mekanisme defensi yang ada
2)
Memperluas mekanisme pengendalian yang
dimiliki dengan yang baru dan lebih baik
3)
Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan
yang lebih adaptif
Cara
atau pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan bimbingan, reassurance, katarsis emosional,
hipnosis, desensitisasi, ekternalisasi minat, manipulasi lingkungan dan terapi
kelompok.
b.
Reeducative
Jenis psikoterapi
untuk memberikan pendidikan ulang yang maksdunya memperbaiki kesalahan
pendidikan diwaktu lalu dan juga dengan pendidikan yang dimaksudkan untuk
mengubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif
terhadap dunia luar.
Tujuan dari terapi
reeducative ialah mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan
yang lebih menguntungkan. Cara atau pendekatan yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama,
dll.
c.
Reconstructive
Reconstructive dalah jenis
psikoterapi yang dilakukan dengan tujuan merekontruksi kepribadian seseorang.
Terapi ini dilakukan untuk dicapainya insight
akan konflik-konflik yang tidak disadari, dengan usaha mencapai perubahan luas
struktur kepribadian seseorang. Cara atau pendekatan yang dapat dilakukan
melalui psikoanalisis klasik Neo-Freudian (Alfred Adler, Carl Gustav Jung,
Henry Sullivan, Karen Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll), psikoterapi berorientasi
psikoanalitik atau dinamik.
Sumber:
Gunarsa,
Singgih D. (2007). Konseling dan
Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Tomb,
D.A. (1999). HOS Psychiatry, 6/C. (diterjemahkan oleh S, W.Martina &
Nasrun. Jakarta: EGC, 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar